Mahir Mahar-George Obus-Tjilik Riwut: Trio Pendiri Kalimantan Tengah

Oleh: Timotheus Tenggel Suan

Peristiwa langka adalah pada Peringatan Pemancangan Tiang Pertama Pembangunan Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah, Palangka Raya, 17 Juli 1970. Jumat malam diselenggarakan malam resepsi bertempat di Gedung Pertemuan Umum Sapta Marga Jl. A. Yani, Palangka Raya. Selain dimeriahkan oleh artis dari ibukota Jakarta yang tergabung dalam Trio Erosa (Erni Erawaty Djohan, Oslan Husein, Alwi), namun lebih dari sekedar meriah tapi memberikan nilai “bobot”, resepsi yang diselenggarakan oleh Walikota Palangka Raya W. Sandy adalah karena berkenan hadir bareng 3 tokoh, Mahir Mahar, George Obus, dan Tjilik Riwut.

Mereka bertiga bukan tokoh sembarang tokoh. Mereka bertiga selain tokoh nasional, pejuang kemerdekaan “ikon” asal etnis Dayak, yang jadi tokoh panutan dan yang tak kalah pentingnya, mereka bertiga adalah tokoh pendiri Provinsi Kalimantan Tengah. Mereka adalah lebih tinggi dari Trio Erosa tapi trio pendiri Provinsi Kalimantan Tengah, bersama-sama para tokoh masyarakat Dayak Kalimantan Tengah lainnya.

Dikatakan Trio Bapak pendiri Provinsi Kalimantan Tengah karena kenyataan peran mereka masing-masing sangat menentukan bagi terwujudnya suatu provinsi otonom yang tak terpisahkan dari NKRI. Provinsi Kalimantan Tengah lahir pada 23 Mei 1957 dikokohkan dengan Undang-Undang Darurat (UUDrt) Nomor 10 tahun 1957.

Mahir Mahar perannya besar sekali mendorong terselenggaranya Kongres Rakyat Kalimantan Tengah di Banjarmasin pada 2-5 Desember 1956. Sebagai ketua panitia kongres, Mahir Mahar terpilih sebagai Ketua Presidium Kongres dan terpilih pula sebagai Ketua Badan Pekerja Dewan Rakyat Kalimantan Tengah. Adalah Mahir Mahar pula yang ditunjuk sebagai ketua panitia guna merumuskan dan mencari dimana daerah atau tempat yang pantas atau wajar untuk dijadikan ibukota Provinsi Kalimantan Tengah. Panitia tersebut seterusnya melaksanakan tugas untuk memberi nama bagi ibukota provinsi. Hasil kerja panitia rampung akhir Maret 1957, diserahkan kepada Gubernur Pembentuk Kalimantan Tengah R. T. A. Milono dan diterima baik oleh pemerintah pusat pada awal April 1957.

Bupati Kapuas George Obus, selain diangkat sebagai pimpinan (kepala) Kantor Persiapan Pembentukan Provinsi Kalimantan Tengah, juga diangkat sebagai anggota panitia yang diketuai Mahir Mahar itu. Dan Tjilik Riwut, perannya yang besar mendorong PPHRKT (Panitia Penyalur Hasrat Rakyat Kalimantan Tengah) untuk berjuang terus menuju terwujudnya provinsi otonom Kalimantan Tengah. Tjilik Riwut yang residen, diperbantukan pada Gubernur Pembentuk Provinsi Kalimantan Tengah, juga adalah anggota panitia pimpinan Mahir Mahar yang dikemukakan di atas.

Ihwal Gedung Sapta Marga yang disebutkan di awal tulisan ini, terletak di Jl. A. Yani, di muara jalan yang sekarang Jl. Tambun Bungai, sebelumnya bernama Jl. Pemuda. Sebagaimana warga kota Palangka Raya sekarang menyaksikannya, di lokasi itu tampak berdiri berderet ruko. Sementara Gedung Pertemuan Umum milik KODAM XI (Tambun Bungai), sudah tiada.

Ditandatangani Bersama
Kehadiran Trio Tokoh secara berbarengan, yang tidak pernah terjadi sebelum maupun sesudahnya, jadi merupakan peristiwa yang terjadi hanya satu kali saja (“een malig”) dan tidak terulang lagi.

Inti acara pada resepsi itu adalah penyampaian sejarah singkat ihwal pembentukan Provinsi Otonom Kalimantan Tengah dan ihwal penetapan serta pemancangan tiang pertama pembangunan Kota Palangka Raya sebagai ibukota Kalimantan Tengah. Istimewa pula, naskah pidato dengan judul Sejarah Singkat Pembentukan Provinsi Kalimantan Tengah dan Pemancangan Tiang Pertama Kota Palangka Raya, tersebut ditandatangani oleh mereka bertiga serta dibacakan langsung oleh Tjilik Riwut selaku juru bicara Trio Tokoh Pendiri Provinsi Kalimantan Tengah itu.

Dalam “mengantar” pembacaan sejarah singkat itu, dimulai dengan kata-kata mengawali kalimat: “Bersyukur kepada Yang Maha Besar Tuhan bahwa pada malam ini, kami dapat menghadiri perayaan HUT XIII Kota Palangka Raya di Kota Palangka Raya, ibukota Provinsi Kalimantan Tengah yang kita cintai.”

Menjelang warga Kalimantan Tengah merayakan hari jadi ke-50 Provinsi Kalimantan Tengah dan hari jadi Kota Palangka Raya, ibukota Kalimantan Tengah tahun 2007, Trio Tokoh besar menurut urutan tahun kelahirannya, yang tertua adalah George Obus, kemudian Mahir Mahar, lalu “bungsu” Tjilik Riwut, semuanya telah dipanggil oleh Tuhan Sang Pemilik meninggalkan kita semua. George Obus 24 Desember 1902-19 April 1982, Mahir Mahar 9 Agustus 1914-29 September 1994, dan Tjilik Riwut 2 Februari 1918-17 Agustus 1987.

Dalam Kenangan
“Petikan” dari peranan penting mereka bertiga sebagai pendiri provinsi otonom Kalimantan Tengah yang dikemukakan di atas merupakan bagian dari perjuangan dan pengabdian mereka kepada nusa, bangsa, dan negara. Perjuangan, pengabdian, dan jasa-jasa mereka kepada daerah pantas dikenang, lebih-lebih oleh angkatan penerus generasi muda terutama generasi penerus daerah Kalimantan Tengah.

Mahir Mahar, salah seorang tokoh pergerakan nasional, mengenyam pendidikan berturut-turut di Makssar dan Surabaya. Sejak sekolah ikut aktif dalam pergerakan pemuda. Sewaktu di Makassar menjadi anggota IM (Indonesia Muda), anggota KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Mahar muda berteman dengan Manai Sophian dan A. M. Sangadji, sama halnya dengan Mahir Mahar, semuanya telah almarhum. Dua orang disebutkan terakhir adalah di antara para tokoh pergerakan nasional dan pejuang besar kemerdekaan.

Di Bandung dan Surabaya aktif dalam kegiatan pergerakan partai politik, karena itu Mahir Mahar muda “merasakan palu godam tangan besi” penjajah Belanda ketika ditahan di Penjara Sukamiskin di Bandung.

Kembali ke Kalimantan tahun 1937, Mahir Mahar muda bekerja pada BB (Binnelands Bestuur) berturut-turut menjabat Kepala Onder Distrik dan Kepala Distrik (Onderdistricthoofd Districthoofd) antara lain di Plaihari, Pulang Pinang. Di zaman Jepang, Fuku Guncho dan Guncho di Puruk Cahu.

Sejak 1938, menerima “estafet” kepemimpinan PD (Pakat Dayak) bersama-sama teman sejawatnya di antaranya Tjilik Riwut, C. Luran, E. S. Handuran, Chr. Nyunting, Nona Bahara Nyangkal.

Awal Desember 1945, bersama-sama teman seperjuangannya, A. M. Sangadji, di Puruk Cahu, menaikkan bendera merah-putih dengan pernyataan, Tanah Dayak masuk wilayah Negara RI yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. DDB (Dewan Dayak Besar) yang didirikan akhir 1946, Mahir Mahar diangkat sebagai sekretaris dan pada tahun 1949 menjadi Kepala Daerah Dayak Besar.

Dalam perjuangan rakyat Kalimantan Tengah menuntut terbentuknya provinsi otonom, dengan melangsungkan Kongres Rakyat Kalimantan Tengah di Banjarmasin dari 2-5 Desember 1956. Mahir Mahar terpilih menjadi presidium kongres dan sekaligus pula dipilih menjadi Ketua Dewan Rakyat Kalimantan Tengah.

Sekalipun tidak lagi duduk di jajaran pemerintahan, tokoh nasional pejuang tanpa tanda jasa Mahir Mahar tetap aktif dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan Antara lain di tahun 1954 sebagai salah seorang pendiri Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Tahun 1967-1972 menjadi anggota DPR-RI sebagai wakil dari Parkindo (Partai Kristen Indonesia).

Dari tahun 1974-1986, Mahir Mahar adalah Ketua MPI (Masyarakat Perhutanan Indonesia) Kalimantan Selatan-Kalimantan Tengah. Tahun 1987 diangkat Penasihat Gubernur Kalimantan Tengah. Sejak tahun 1960 sampai 1981, aktif di bidang keagamaan, menjadi bendaharawan Majelis Synode Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) di Banjarmasin.

Ihwal George Obus dan Tjilik Riwut, kedua-duanya kelahiran Kasongan (baca, Kasungan), mereka berdua adalah di antara para putra bangsa penyandang nama besar pejuang perintis kemerdekaan RI dan pejuang kemerdekaan pahlawan nasional.

Dua orang putra Kasongan itu di dalam perjuangan dan pengabdian kepada bangsa dan negara dan dalam meniti karier mereka adalah seperti dua orang bersaudara kakak-beradik antara lain diketahui riwayat hidup masing-masing terutama semenjak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

George Obus terpilih sebagai ketua BPCG (Badan Pembantu Oesaha Goeboernur Borneo), Tjilik Riwut ditunjuk memimpin Rombongan II Oetoesan Pemerintah Repoeblik Indonesia (ROPRI II) ke Kalimantan untuk menegakkan kekuasaan dan kedaulatan NRI di kawasan itu yang diduduki Pasukan MN-1001 Mobiele Brigade Markas Besar Tentara (MBT TRI/ TNI) di Yogyakarta.

George Obus dengan pangkat Letnan Kolonel Angkatan Laut RI (ALRI) ditugaskan sebagai Staf I ALRI Divisi IV bagian intelejen merangkap pula sebagai Staf IV/Intelejen Markas Besar TNI-AL. George Obus dan Tjilik Riwut menjadi anggota KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat), sama dengan Parlemen RI Proklamasi) di Yogyakarta.

Selanjutnya “kakak-beradik” itu sesudah pemulihan kedaulatan ditugaskan kembali ke Kalimantan dan diangkat, mula-mula sebagai Kepala Pemerintah Negeri (wedana) kemudian menjadi Bupati Kepala Daerah pada tahun 1950, Tjilik Riwut untuk Kabupaten Kotawaringin dan George Obus untuk Kabupaten Barito.

Tjilik Riwut awal 1957 dinaikkan pangkatnya menjadi residen dan pada tahun 1958, George Obus dinaikkan pangkatnya menjadi residen. Tjilik Riwut sebagai pejabat gubernur Kalimantan Tengah menggantikan R. T. A. Milono seterusnya menjadi Gubernur Kepala Daerah Kalimantan Tengah periode 1958-1967.

George Obus diangkat menjadi anggota MPRS (1960-1967) sedangkan Tjilik Riwut dari tahun 1957-1963 menjadi anggota Dewan Nasional/ DENAS dan Dewan Pertimbangan Agung RI, tahun 1964-1966 diangkat menjadi anggota MPRS RI.

Demikianlah sekelumit sajian perjuangan dan pengabdian Trio Tokoh besar Kalimantan Tengah. Pada peringatan Hari Jadi Kalimantan Tengah yang ke-50 tahun 2007, seluruh warga masyarakat Kalimantan Tengah sejenak tepekur untuk mengenang jasa-jasa mereka yang sangat besar, baik terhadap nusa, bangsa, dan daerah Kalimantan Tengah.

Harian Dayak Pos, Palangka Raya, 26-28 Mei 2007
Kumpulan Tulisan T. T. Suan, Jld. I Penerbit: Lembaga Kebudayaan Dayak Kalimantan Tengah. Tulisan ini sekaligus membantah sementara orang yang mengaku-ngaku dirinya sebagai pendiri Kalteng ketika banyak pelaku sejarah Kalteng sudah tiada.

Leave a comment